BBTKLPP Jakarta, Alamat: Jl. Bambu Apus Raya No.6, RT.12/RW.3, Bambu Apus, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13890, Email : bbtklppjakarta@gmail.com

HARI KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014 : OLIMPIADE NASIONAL TEKNOLOGI TEPAT GUNA KESEHATAN LINGKUNGAN

Didi Purnama, SKM, MKM

HARI KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014 OLIMPIADE NASIONAL TEKNOLOGI TEPAT GUNA KESEHATAN LINGKUNGANDengan semangat peringatan emas Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun 2014, BBTKLPP Jakarta bersama dengan satuan kerja Kementerian Kesehatan RI lainnya menyelenggarakan Olimpiade Nasional Teknologi Tepat Guna Kesehatan Lingkungan. Sesuai namanya, olimpiade ini adalah perlombaan adu inovasi dan kreasi teknologi tepat guna di bidang kesehatan lingkungan dengan peserta berasal dari mahasiswa poltekkes seluruh Indonesia. Digawangi oleh Bapelkes Cikarang, BBTKLPP Jakarta bersama Pusdiklat Aparatur, RS. Marzuki Mahdi, penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu persiapan, pengumuman pembukaan pendaftaran peserta, penjurian tahap awal untuk menentukan tiga besar, dan penjurian akhir. Selain berkontribusi terhadap sharing pembiayaan kegiatan, BBTKLPP Jakarta yang memang memiliki salah satu tugas dan fungsi dalam pengembangan teknologi tepat guna, mengirimkan dua oran perwakilan sebagai juri.

Walaupun perlombaan kreasi teknologi tepat guna (TTG) bukanlah pertama kali dilaksanakan, olimpiade nasional TTG kesling ini perlu mendapat apresiasi. Ide ini membuka kesempatan kepada mahasiswa bersama dosen pembimbingnya untuk berfikir kreatif dan mampu mengembangkan TTG ke wujud nyata yang bermanfaat bagi masyarakat. Mahasiswa Poltekkes khususnya jurasan kesehatan lingkungan, memiliki salah satu kompetensi wajib dalam pengembangan TTG. Olimpiade Nasional TTG Kesehatan Lingkungan bisa dijadikan ajang uji kompetensi pra kelulusan. BIla peserta berhasil menuangkan ide ke dalam wujud TTG yang nyata, tidak kan sulit bagi mereka tuk membaktikan ilmunya di masyarakat ketika lulus.

Untuk mewujudkan persaingan yang adil, sistim penilaian telah diatur sedemikian rupa. Terdapat enam aspek yang dinilai yaitu kesesuaian serta kemampuan TTG merespon masalah kesehatan lingkungan, efisiensi TTG yang meliputi biaya, waktu, dan tempat, bahan baku yang digunakan, tingkat penerimaan (akseptibilitas) masyarakat terhadap TTG, kepraktisan dalam pembuatan, pemanfaatan, dan perawatan, dan nilai tambah yang meliputi orisinalitas, ramah lingkungan, dan estetika. Penilaian terhadap aspek masalah kesehatan lingkungan yang mampu diselesaikan oleh TTG meliputi cakupan masalah dan kerumitan masalah. Bila TTG mampu dimanfaatkan oleh lebih banyak orang dan masalah yang diselesaikan cukup rumit (mis. pengolahan air gambut menjadi air minum) layak diberikan nilai yang lebih. TTG yang diciptakan juga harus efisien murah biayanya, cepat pengerjaannya, dan produk TTG tidak memakan space (tempat) yang besar akan lebih diapresiasi oleh juri. Bahan baku pembuatan TTG lebih diutamakan yang murah, local specific, ataupun memanfaatkan bahan buangan (sampah). Secara nyata, TTG juga harus mampu direplikasi dan diterima oleh masyarakat. TTG juga harus mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sebagai contoh pembuatan TTG pengolahan air gambut menjadi air minum di wilayah Kalimantan kurang sesuai dengan kebiasaan masyarakatnya yang sudah terbiasa menggunakan air hujan untuk kebutuhan sehari-harinya. Begitupun dengan pengolahan air laut menjadi air minum dengan sistim reverse osmosis, hal ini tidak sesuai bila diterapkan di komunitas masyarakat pesisir yang berekonomi minim. Tiap konsep TTG yang masuk haruslah mampu diwujudkan dalam bentuk prototype (terutama saat penjurian akhir). Prototipe TTG akan dinilai kepraktisan dalam pembuatan, pemanfaatan, dan perawatannya. Bila dalam pemanfaatan dan perawatan TTG diperlukan alat khusus ataupun personil dengan kompetensi tertentu, akan mengurangi nilai. Aspek lain yang sangat penting adalah nilai tambah TTG tersebut. Bentuk yang menarik, tidak berisiko mencemari lingkungan, dan orisinil akan sangat mendongkrak nilai. Peserta juga diwajibkan untuk menandatangani kesediaan untuk mengizinkan TTG direplikasi untuk kepentingan umum non komersial. Integritas peserta juga dibutuhkan dalam membuat pernyataan orosinalitas TTG yang didisainnya. Bila TTG tersebut merupakan hasil modifikasi, peserta wajib mencantumkan sumbernya.

Proses penjurian adalah hak yang penting. Untuk mewujudkan fair play, tim juri diseting berjumlah ganjil. Komposisi tim juri juga cukup komplit. Tim juri terdiri dari perwakilan Bapelkes Cikarang (widyaiswara) yang kompeten dalam melatih tenaga kesehatan untuk mengembangkan TTG Kesling, perwakilan dari Direktorat Penyehatan Lingkungan yang berperan sebagai regulator di bidang kesehatan lingkungan, perwakilan organisasi profesi, perwakilan dari Pusdiklat Aparatur, dan perwakilan dari BBTKLPP Jakarta yang sudah sering mempraktekkan TTG di masyarakat. Mekanisme penjurian awal dilakukan penilaian oleh masing-masing juri. Sepuluh besar hasil penilaian akan dibahas secara pleno oleh tim juri. Lalu dengan cara musyawarah mufakat tim juri memutuskan tiga besar untuk dipanggil ke Jakarta dalam penjurian Akhir. Perwakilan BBTKLPP Jakarta yang terdiri dari Didi Purnama, SKM, MKM selaku Kepala Instalasi Pengembangan dan Penerapan Teknologi Tepat Guna dan Widodo, S.Si, selaku sanitarian, menjagokan konsep-konsep TTG yang sederhana dan memanfaatkan limbah sebagai bahan bakunya. Meskipun tidak semua yang dijagokan masuk ke dalam tiga besar, hasil yang disepakati tim juri dirasakan cukup fair, karena dihasilkan dari proses diskusi yang cukup ?a lot?. Soal siapa dan konsep TTG apa yang masuk tiga besar masih rahasia ya? Tinggal tunggu saja undangan untuk mempresentasikan konsep dan prototype di Jakarta. Tanggal 15 November 2014 adalah waktu penentuan siapa yang meraih peringkat satu hingga tiga. Dan yang lebih penting adalah Bu Menteri Kesehatan sendiri yang akan menyerahkan hadiahnya. Ini lebih berharga dari materi, penghargaan oleh Menteri diharapkan semakin memacu kreativitas pemenang di masa-masa mendatang. Selamat berlomba, dan jangan takut berkreasi. Selamat Hari Kesehatan Nasional Emas